Nyanpasu!

Seperti tulisan sebelumnya, aku nggak akan menilai film ini secara objektif (soalnya ga bisa ehehe). Semua pendapat, tanggapan, maupun penangkapanku tentang film ini sangat subjektif.

Barangkali ada pecinta film garis keras yang udah nonton film ini dan nggak sengaja baca tulisan ini... beri saya pencerahan, ehe.


 

Sutradara: Akira Kurosawa

Produser: Minoru Jingo

Skenario:  Akira Kurosawa, Shinobu Hashimoto

Pemeran: Toshiro Mifune, Masayuki Mori, Machiko Kyo, Takashi Shimura, Minoru Chiaki

Musik: Fumio Hayasaka

Sinematografi: Kazuo Miyagawa

Penyunting: Akira Kurosawa

Tanggal rilis: Jepang: 25 Agustus 1950 Amerika Serikat: 26 Desember 1951

Durasi: 88 menit




Alasan Nonton Film Rashomon

Dibanding Akira Kurosawa, aku lebih dulu kenal Ryunosuke Akutagawa, yaitu penulis cerpen Rashomon (cerpennya sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia). Dari segi penceritaan, gagasan, dan amanat, aku suka dengan cerpen-cerpen karya Ryunosuke Akutagawa. Dari situlah aku penasaran dan tertarik dengan pengalih wahanaan cerpen Rashomon ke film.

Selain itu, karena aku emang suka dengan hal-hal yang berbau Jepang, ehehe, jadinya setiap nyari film yang mau ditonton pasti yang pertama aku tuju adalah film-film Jepang. 


Antara Film dan Cerpennya

Setelah selesai nonton filmnya, ternyata tema, tokoh dan alur cerita film ini bukan diambil dari cerpen yang berjudul Rashomon, tapi diambil dari cerpen yang berjudul Di Dalam Belukar. Unsur yang diambil dari cerpen Rashomon dalam film ini adalah latar tempatnya. Rashomon menjadi salah satu latar tempat di film ini.

Aku menemukan beberapa pebedaan antara film dan cerpennya. Ada penambahan dan pengurangan tokoh, lalu awal dan ending antara film dan cerepnnya juga berbeda.

Di filmnya, cerita dibuka dengan adegan seorang penebang kayu dan pendeta sedang berteduh di reruntuhan Rashomon. Terlihat jelas bahwa keduanya baru saja mengalami suatu peristiwa yang membuat mereka bingung dan terkejut. Lalu datang seseorang berlari ke arah Rashomon untuk berteduh. Orang tersebut penasaran dan mendekati si penebang kayu. Kemudian, si penebang kayu dan pendeta menceritakan “cerita aneh” tentang peristiwa pembunuhan kepada orang itu.

Kalo di cerpen Di Dalam Belukar, cerita langsung dibuka pada adegan kesaksian si penebang kayu di hadapan penyidik (di filmnya juga ada adegan ini). 





Apa yang Aku Suka dengan Film Ini

Aku suka dengan teknik penceritaan yang dipakai di film ini, yaitu menggunakan teknik penceritaan yang mengambil banyak sudut pandang. Beragamnya sudut pandang yang ada menurutku menjadi kekuatan film ini.

Cerita dibangun oleh pengakuan para saksi, korban dan pelaku sebuah pembunuhan di hadapan penyidik. Masing-masing tokoh membawa kebenaranya sendiri-sendiri terhadap sebuah peristiwa yang terjadi.

Selain itu aku juga suka dengan ilustrasi musiknya. Bener-bener bisa ngebangun suasana-suasana yang ada di dalam setiap adegannya.


***


Buat yang suka film lawas, atau nggak masalah dengan film lawas (soalnya film ini masih pake warna hitam putih), aku saranin nonton film ini sih.

Udah dulu ya, makasih udah baca. Bye~